PENGUJIAN HIPOTESIS
1.
PENDAHULUAN
Hipotesis adalah asumsi
atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan
pengecekannya. (dalam penelitian hipotesis dapat diartikan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian). Jika asumsi itu atau dugaan itu
dikhususkan mengenai populasi, umumnya mengenai nilai-nilai parameter populasi,
maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik. kecuali dinyatakan
lain, di sini dengan hipotesis dimaksudkan hipotesis statistik.
Setiap hipotesis bisa benar
atau tidak benar dan karenanya perlu diadakan penelitian sebelum hipotesis itu
diterima atau ditolak. Langkah atau prosedur untuk menentukan apakah menerima
atau menolak hipotesis dinamakan pengujian
hipotesis
Di dalam bab ini, cara
pengujian hipotesis akan dipelajari dan dari hasilnya kesimpulan tentang
populasi akan dibuat.
2.
DUA MACAM KEKELIRUAN
Dalam melakukan pengujian
hipotesis, ada dua macam kekeliruan yang
dapat terjadi, dikenal dengan nama-nama:
a)
Kekeliruan tipe I
: ialah menolak hipotesis yang seharusnya diterima,
b)
Kekeliruan tipe
II : ialah menerima hipotesis yang seharusnya ditolak.
Untuk meningkatkan hubungan
antara hipotesis, kesimpulan dan tipe kekeliruan, dapat dilihat dalam tabel di
bawah ini.
DAFTAR VI (1)
TIPE KEKELIRUAN KETIKA MEMBUAT
KESIMPULAN
TENTANG HIPOTESIS
|
KESIMPULAN
|
KEADAAN SEBENARNYA
|
|
|
HIPOTESIS BENAR
|
HIPOTESIS SALAH
|
|
|
Terima Hipotesis
|
BENAR
|
KELIRU
(Kekeliruan Tipe II)
|
|
Tolak Hipotesis
|
KELIRU
(Kekeliruan Tipe I)
|
BENAR
|
Ketika merencanakan suatu
penelitian dalam rangka pengujian hipotesis, jelas kiranya bahwa kedua tipe
kekeliruan itu harus dibuat sekecil mungkin. Agar penelitian dapat dilakukan
maka kedua tipe kekeliruan itu kita nyatakan dalam peluang. Peluang membuat
kekeliruan tipe I biasa dinyatakan dengan a (baca : alfa) dan peluang
membuat kekeliruan tipe II dinyatakan dengan b (baca : beta).
Berdasarkan ini, kekeliruan tipe I dinamakan pula kekeliruan a
dan kekeliruan tipe II dikenal dengan kekeliruan
b.
Dalam penggunaanya, a
disebut pula taraf signifikan atau taraf arti atau sering disebut pula taraf nyata. Besar kecilnya a dan b yang
dapat diterima dalam pengambilan kesimpulan bergantung pada akibat-akibat atas
diperbuatnya kekeliruan-kekeliruan itu. Selain daripada itu perlu pula dikemukakan
bahwa kedua kekeliruan itu saling berkaitan. Jika a diperkecil, maka b
menjadi besar dan sebaliknya. Pada dasarnya, harus dicapai hasil pengujian
hipotesis yang baik, ialah pengujian yang bersifat bahwa di antara semua
pengujian yang dapat dilakukan dengan harga a yang sama besar, ambillah
sebuah yang mempunyai kekeliruan b paling kecil.
Prinsip demikian memerlukan
pemecahan matematik yang sudah keluar dari tujuan buku ini. Karenanya, untuk
keperluan praktis, kecuali dinyatakan lain, a akan diambil lebih dahulu
dengan harga yang biasa digunakan, yaitu a = 0,01 atau a =
0,05. Dengan a
= 0,05 misalnya, atau sering pula disebut taraf nyata 5%, berarti kira-kira 5
dari tiap 100 kesimpulan bahwa kita akan menolak hipotesis yang seharusnya
diterima. Dengan kata lain kira-kira 95% yakin bahwa kita telah membuat
kesimpulan yang benar. Dalam hal demikian dikatakan bahwa hipotesis telah ditolak pada taraf nyata 0,05 yang berarti kita
mungkin salah dengan peluang 0,05.
3.
LANGKAH-LANGKAH PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis akan
membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis atau menolak hipotesis. Hipotesis di sini akan dinyatakan
dengan H, Supaya nampak adanya dua pilihan, hipotesis H ini perlu didampingi
oleh pernyataan lain yang isinya berlawanan. Pernyataan ini yang merupakan
hipotesis tandingan untuk H, akan disebut alternatif, dinyatakan dengan A.
Pasangan H dan A ini, tepatnya H melawan A,
lebih jauh juga menetukan kriteria pengujian yang terdiri dari daerah penerimaan dan daerah penolakan hipotesis. Daerah
penolakan hipotesis sering pula dikenal dengan nama daerah kritis.
Kalau yang sedang diuji itu
parameter q
(dalam penggunaannya nanti q bisa rata-rata m, proporsi p,
simpangan baku s dan
lain-lain), maka akan didapat hal-hal:
a)
Hipotesis mengandung pengertian sama. Dalam hal ini
pasangan H dan A adalah:
1) H : q = qo 2) H : q = qo
A : q = q1 A : q ¹ qo
3) H
: q
= qo 4) H : q = qo
A : q > qo A : q < qo
dengan qo , q1 dua
harga berlainan yang diketahui. Pasangan 1) dinamakan pengujian sederhana lawan sederhana sedangkan yang lainnya
merupakan pengujian sederhana lawan
komposit.
b)
Hipotesis mengandung pengertian maksimum.
Untuk ini H dan A berbentuk :
H : q £ qo
A : q > qo
Yang biasa dinamakan pengujian
komposit lawan komposit.
c)
Hipotesis mengandung pengertian minimum.
Perumusan H dan A berbentuk:
H : q ³ qo
A : q < qo
Ini juga pengujian komposit lawan komposit.
Dalam hand out ini pasangan
Ho dan H1 yang dibahas adalah yang dirumuskan dalam bentuk :

atau 

atau 

Adapun langkah-langkah
pengujian hipotetsis dapat diringkas sebagai berikut.
1.
Nyatakan hipotetsis nolnya H0 bahwa q = qo
,
2.
Pilih hipotetsis alternative H1 yang sesuai q ¹ qo, q >
q0
,q
< qo
3.
Tentukan taraf signifikan a.
4.
Pilih statistic uji yang digunakan apakah z, t, c2
, F atau lainnya, kemudian tentukan daerah ktitisnya (dari table statistic yang
digunakan).
5.
Hitung nilai statistic uji berdasarkan sample
(melakukan perhitungan data).
6.
Keputusan: tolah H0 jika nilai statistic uii
tersebut jatuh dalam daerah kritis, sedangkan jika nilai itu jatuh diluar
daerah kritis H0 diterima.
Untuk
penentuan daerah kritis.
1)
Jika
H1
mempunyai perumusan tidak sama, maka
dalam distribusi yang digunakan, normal untuk angka z, Student untuk t, dan
seterusnya, didapat dua daerah kritis masing-masing pada ujung-ujung
distribusi. Luas daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap ujung adalah ½a.
Karena adanya dua daerah penolakan ini, maka pengujian hipotesis dinamakan uji dua pihak.
Jika
H1
mempunyai perumusan tidak sama, maka
dalam distribusi yang digunakan, normal untuk angka z, Student untuk t, dan
seterusnya, didapat dua daerah kritis masing-masing pada ujung-ujung
distribusi. Luas daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap ujung adalah ½a.
Karena adanya dua daerah penolakan ini, maka pengujian hipotesis dinamakan uji dua pihak.
Gambar di atas memperlihatkan sketsa distribusi yang
digunakan disertai daerah-daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Kedua
daerah ini dibatasi oleh d1 dan d2 yang harganya
didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan dengan menggunakan peluang
yang ditentukan oleh a. Kriteria yang didapat adalah: terima hipotesis Ho
jika harga statistik yang dihitung berdasarkan data penelitian jatuh antara d1
dan d2, dalam hal lainnya Ho ditolak.
2)
Untuk H1 yang mempunyai perumusan lebih besar,
maka dalam distribusi yang digunakan didapat sebuah daerah kritis yang letaknya
di ujung sebelah kanan. Luas daerah kritis atau daerah penolakan ini sama
dengan a
Harga d, didapat dari daftar distribusi yang bersangkutan
dengan peluang yang ditentukan oleh a, menjadi batas antara daerah kritis dan daerah
penerimaan Ho. Kriteria
yang dipakai adalah: tolak Ho jika statistik yang dihitung
berdasarkan sampel tidak kurang dari d. Dalam hal lainnya kita terima Ho.
Pengujian ini dinamakan uji satu
pihak, tepatnya pihak kanan.
3)
Akhirnya, jika tandingan H1 mengndung
pernyataan lebih kecil, maka daerah
kritis ada di ujung kiri dari distribusi yang digunakan. Luas
daerah
ini = a
yang menjadi batas daerah penerimaan Ho oleh bilangan d yang didapat
dari daftar distribusi yang bersangkutan. Peluang untuk mendapatkan d
ditentukan oleh taraf nyata a.
Kriteria yang digunakan
adalah: terima Ho jika statistik yang dihitung berdasarkan
penelitian lebih besar dari d sedangkan dalam hal lainnya Ho kita
tolak. Dengan demikian, dalam hal ini kita mempunyai uji satu pihak, ialah pihak
kiri.
4. MENGUJI
RATA-RATA m SATU SAMPEL : UJI DUA PIHAK
Uji rata-rata untuk satu sample merupakan prosedur uji
untuk sampel tunggal, yaitu rata-rata suatu variabel tunggal dibandingkan
dengan nilai konstanta tertentu.
Umpamakanlah kita mempunyai sebuah populasi berdistribusi normal dengan
rata-rata m dan simpangan baku s. Akan diuji mengenai
parameter rata-rata m.
Untuk ini, seperti biasa diambil sebuah sampel acak berukuran n, lalu
dihitung statistik
dan s. kita bedakan
hal-hal sebagai berikut:
Hal. A). s diketahui
Untuk pasangan hipotesis 

dengan mo sebuah
harga yang diketahui, digunakan statistik:
![]() |
VI (1) ……………………………
Statistik z ini berdistribusi
normal baku, sehingga untuk menentukan kriteria pengujian, seperti tertera
dalam gambar VI (1), digunakan daftar distribusi normal baku. Ho
kita terima jika – Z ½(1-a) < Z < Z ½(1- a ) dengan Z ½(1- a) didapat dari daftar normal baku dengan peluang ½(1- a). Dalam hal lainnya Ho ditolak.
Contoh: Kepala
Sekolah mengatakan bahwa rata-rata nilai raport siswa-siswanya sekitar 7,6.
Akhir-akhir ini timbul dugaan bahwa rata-rata nilai raport siswa di sekolah
tersebut telah berubah. Untuk mentukan hal ini dilakukan penelitian dengan
menguji 50 siswa. Ternyata rata-ratanya 7,2. Dari pengalaman diketahui bahwa
simpangan baku nilai raport 0,9. Selidiki dengan taraf nyata 0,05 apakah
rata-rata nilai raport di sekolah tersebut sudah berubah atau belum!
Jawab: Dengan memisalkan nilai raport berdistribusi
normal, mengikuti langkah pengujian hipotetsis
1. H0 : m =
7,6 , berarti rata-rata nilai raport
sekitar 7,6
2.
H1 : m ≠7,6 , berarti rata-rata nilai raport telah berubah
dan bukan sekitar 7,6
3.
a =
0,05
4.
Daerah kritis dari daftar normal baku untuk uji dua pihak dengan a = 0,05 yang
memberikan z0,475 = 1,96
Daerah kritis dari daftar normal baku untuk uji dua pihak dengan a = 0,05 yang
memberikan z0,475 = 1,96
Terima Ho, jika z
hitung terletak antara –1,96 dan 1,96. Dalam hal lainnya Ho ditolak.
5. Perhitungan
Dari pengalaman, simpangan baku
s = 0,9 (diketahui)
Dari
penelitian didapat
= 7,2 jam dengan n = 50. Statistik yang digunakan adalah dalam Rumus VI (1)
dengan mensubtitusikan mo = 7,6.
Didapat:
6. kesimpulan.
Dari penelitian sudah didapat
z = –3,143 dan jelas terletak dalam daerah penolakan Ho. jadi Ho
ditolak.
Ini berarti dalam taraf nyata 0,05, penelitian memperlihatkan
bahwa memang rata-rata nilai raport siswa di sekolah tersebut telah berubah
tidak sekitar 7,6.
Hal. B). s tidak diketahui
Pada kenyataannya, simpangan baku
s sering tidak diketahui.
Dalam hal ini , maka diambil taksirannya, ialah simpangan baku s yang dihitung dari sampel dengan
menggunakan Rumus V(5). Statistik yang digunakan utnuk menguji pasangan
hipotesis:
|
tidak lagi seperti dalam Rumus VI(1), akan tetapi: …. VI (2).
Untuk populasi normal, diketahui bahwa t berdistribusi
Student dk = (n – 1). Karena itu, distribusi untuk menentukan kriteria
pengujian digunakan disribusi Student dan batas-batas kriteria untuk uji dua
pihak ini didapat dari daftar distribusi Student pula. Ho kita
terima jika – t1 – ½ a < t < t1 – ½ a dengan t1 – ½ a didapat dari
daftar distribusi t dengan peluang (1 – ½ a) dan dk = (n – 1). Dalam hal lainnya, Ho
kita tolak.
Contoh: Untuk contoh di muka tentang nilai rata-rata raport, misalkan
simpangan baku
populasi tak diketahui, dan dari sampel didapat s = 1,5. Maka dari Rumus VI (2)
dengan
, m = 7,6, s= 1,5 dan n = 50, didapat:
Dari daftar
distribusi Student dengan a = 0,05 dan dk = 49 untuk uji dua pihak, didapat t = 2,01.
Kriteria pengujian: terima Ho jika t hitung terletak antara – 2,01
dan 2,01 , sedangkan dalam hal lainnya Ho ditolak.
Penelitian menghasilkan t = -1,896 yang jelas terletak
dalam daerah penerimaan. Jadi rata-rata nilai raport di sekolah tersebut masih
sekitar 7,6.
Catatan: Pengujian yang menghasilkan H0
diterima dalam taraf nyata 0,05 dinamakan uji tak nyata atau uji tak
berarti atau uji non signifikan.
5. MENGUJI
RATA-RATA m SATU SAMPEL:
UJI SATU PIHAK
Perumusan yang umum utnuk uji pihak kanan mengenai rata-rata m berdasarkan Hodan
H1 adalah:

Kita misalkan populasi berdistribusi
normal dan daripadanya sebuah sampel acak berukuran n telah diambil. Seperti biasa, dari sampel tersebut dihitung
dan s. Didapat hal-hal berikut:
Hal A). s diketahui
Jika
simpangan baku s untuk populasi
diketahui, seperti biasa digunakan statistik z yang tertera dalam Rumus VI (1)
Sketsa untuk kriteria pengujian
seperti
nampak dalam Gambar VI (2), ialah
menggunakan distribusi normal baku. Batas kriteria, tentunya didapat dari
daftar normal baku.
Kita tolak Ho jika z ³ z 0,5 - a dengan z 0,5 - a didapat dari daftar normal baku menggunakan peluang (0,5 - a). Dalam hal lainnya Ho
kita terima.
Contoh: Proses
pembuatan barang rata-rata menghasilkan 15,7 unit per jam. Hasil produksi
mempunyai varians = 2,3. Metode baru diusulkan untuk mengganti yang lama jika
rata-rata per jam menghasilkan paling sedikit 16 buah. Untuk menentukan apakah
metode diganti atau tidak, metode baru dicoba 20 kali dan ternyata rata-rata
per jam menghasilkan 16,9 buah.
Pengusaha bermaksud mengambil risiko 5% untuk menggunakan metode baru
apabila metode ini rata-rata menghasilkan lebih dari 16 buah. Apakah keputusan
si pengusaha?
Jawab: Dengan memisalkan hasil produksi berdistribusi normal, mengikuti langkah pengujian hipotetsis
1. 2. 

3. a = 0,05
4.
Daerah kritis dari daftar normal baku untuk uji satu pihak kanan dengan
a = 0,05 yang
memberikan z0,450 = 1,64
Daerah kritis dari daftar normal baku untuk uji satu pihak kanan dengan
a = 0,05 yang
memberikan z0,450 = 1,64
Dari daftar normal standar dengan
a = 0,05 diperoleh z
= 1.64. kriteria pengujian adalah: tolak Ho jika z hitung lebih
besar atau sama dengan 1,64 maka Ho diterima
5.
Perhitungan
Harga-harga yang perlu untuk menggunakan Rumus VI (1) adalah
=16,9 buah, n =
20, s =
(diketahui) dan mo = 16 buah. Didapat:
6. Kesimpulan
Dari
penelitian didapat z = 2,65 yang jelas jatuh pada daerah kritis. Jadi Ho
ditolak. Ini menyimpulkan bahwa metode baru dapat menggantikan metode lama
dengan mengambil risiko 5%.
Catatan: Pengujian
yang menghasilkan Ho ditolak dengan taraf nyata atau uji berarti
atau uji signifikan.
Jika Ho ditolak pada taraf 5% tetapi diterima pada
taraf 1% maka dikatakan bahwa hasil uji “barangkali”berarti.
Dalam hal ini dianjurkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan pengujian
dapat dilakukan lagi.
Contoh: Bagaimanakah
kesimpulannya jika diambil a = 0,01?
Jawab: Untuk a = 0,01, dari daftar normal baku didapat z = 2,33.
Dari perhitungan, harga z = 2,65 dan ini lebih besar dari 2,33. Jadi jatuh pada
daerah kritis. Karenanya Ho ditolak. Kesimpulan dapat dibuat seperti
di atas, hanya sekarang risikonya satu persen.
Catatan: Uji yang berarti pada taraf 1% dikatakan
hasil uji sangat berarti, atau sangat nyata atau sangat signifikan.
Hal B). s
tak diketahui
Seperti dalam Bagian 4,
maka jika s
tidak diketahui, statistik yang digunakan untuk menguji
|
adalah
statistik t seperti dalam Rumus VI (2).
Kriteria
pengujian didapat dari daftar distribusi Student t dengan dk = (n –1) dan
peluang (1 - a).
Jadi kita tolak Ho jika t ³ t1 - a dan terima
Ho dalam hal lainnya.
Contoh: Dikatakan bahwa dengan memberi pelajaran
tambahan di luar jam sekolah akan meningkatkan rata-rata nilai matematika siswa
sebesar 0,5. Sampel acak terdiri atas 31 siswa dan diberi pelajaran tambahan di
luar jam pelajaran memberikan peningkatan nilai rata-rata matematika sebesar
0,9 dengan simpangan baku
0,6. Cukup beralasankah untuk menerima pernyataan bahwa peningkatan nilai
rata-rata matematika paling sedikit 0,5 ?
Jawab : yang kita hadapi adalah pasangan hiipotesis :
|
|
3. a = 0,01
4.
Daerah kritis dari
daftar distribusi t untuk uji satu pihak kanan dengan a = 0,01 dan dk=30 didapat t tabel =
2,46
Daerah kritis dari
daftar distribusi t untuk uji satu pihak kanan dengan a = 0,01 dan dk=30 didapat t tabel =
2,46
|
Kriteria pengujian adalah : tolak hipotesis H0
jika t hitung lebih besar atau sama dengan 2,46 dan terima H0 dalam
hal lainnya.
5.
Perhitungan
6. Kesimpulan
Penelitian
memberikan hasil t = 3,712 dan ini jatuh pada daerah penolakan H0.
Jadi H0 kita tolak. Memberi
pelajaran tambahan di luar jam sekolah akan meningkatkan nilai rata-rata
matematika siswa paling sedikit 0,5. Dalam pembuatan kesimpulan ini kesempatan
melakukan kekeliruan terjadi kurang dari 5 diantara setiap 1.000.
Untuk menguji pihak
kiri 

Cara yang
sama berlaku seperti untuk uji pihak kanan. Jika s diketahui, maka statistik
z seperti dalam Rumus VI(1) digunakan dan tolak H0 jika z £ –z0,5
– a
z0,5 -
a
didapat dari normal baku menggunakan peluang (0,5 – a).
Dalam hal lainnya H0 diterima. Disini a = taraf nyata.
Jika s
tidak diketahui, maka untuk uji pihak kiri tersebut digunakan statistik t
seperti yan tertera dalam Rumus VI(2) . Dalam hal ini kita tolak hipotesis H0
jika t £
– t1 – a , dengan t 1 – a didapat dari daftar distribusi student t
menggunakan peluang (1 - a) dan dk = (n - 1) . untuk t > – t 1 – a , hipotesis H0 kita terima.
Contoh : Akhir-akhir ini masyarakat mengeluh dan
mengatakan bahwa isi bersih makanan A dalam kaleng tidak sesuai dengan yang
tertulis pada etiketnya sebesar 5 ons. Untuk meneliti hal ini, 23 kaleng
makanan A telah diteliti secara acak. Dari ke – 23 isi kaleng tersebut, berat
rata-ratanya 4,9 ons dan simpangan baku
0,2 ons. Dengan taraf nyata 0,05, tentukan apa yang akan kita katakan tentang
keluahan masyarakat tersebut !
Jawab : Jika rata–rata isi kaleng tidak
kurang dari 5 ons, jelas masysrakat tidak akan mengeluh, karenanya akan diuji
pasangan hipotesis :
1.2.
3. a = 0,05
4. Daerah kritis
Dengan nilai a = 0,05
dan dk = 22, dari daftar distribusi t didapat t = 1,72. aturan untuk menguji
adalah tolak H0 jika t hitung £ –1,72 dan terima H0 dalam
hal lainnya.
5.
Perhitungan
Di sini
simpangan baku s tidak diketahui. Dengan memisalkan isi kaleng
berdistribusi normal, maka Rumus VI(2) didapat statistik t :
6.
Kesimpulan
Dari perhitungan didapat t = – 2,398
yang jelas jatuh pada darah penolakan H0. Jadi H0 kita
tolak dan pengujian memberikan hasil yang berarti pada taraf 5 %.
Kesimpulan : penelitian tersebut
menguatkan keluahan masyarakat bahwa isi bersih makanan dalam kaleng sudah
berkurang daripada yang tertera pada etiket.
6.
MENGUJI KESAMAAN DUA RATA-RATA (Dua Sampel):
UJI
DUA PIHAK
Banyak penelitian yang
memerlukan perbandingan antara dua keadaan atau tepatnya dua populasi. Misalnya
membandingkan dua cara mengajar, dua cara produksi, daya sembuh dua macam obat
dan lain sebagainya.
Misalkan kita mempunyai dua
populasi normal masing-masing dengan rata-rata m1
dan m2 sedangkan
simpangan bakunya s1 dan s2 .Secara independen dari populasi kesatu
diambil sebuah sampel acak berukuran n1 sedangkan dari populasi
kedua sebuah sampel acak berukuran n2. Dari kedua sampel ini
berturut-turut didapat
, s1, dan
,s2 . Akan diuji tentang rata-rata m1
dan m2.
Pasangan hipotesis nol dan
tandingannya yang akan diuji adalah :
H1 : m1 ¹ m2
|
Hal A). s1 = s2
= s dan s
diketahui
Statistik yang digunakan jika H0 benar,
adalah:
…VI(5)
Dengan
taraf nyata a,
maka kriteria pengujian adalah :
terima H0
jika – z ½ (1 - a) < z < z ½ (1 - a)
didapat dari daftar normal baku
dengan peluang ½ (1 - a).
Dalam hal lainnya H0 ditolak.
Hal B). s1
= s2 = s dan s
tidak diketahui
|
|
Menurut teori distribusi sampling (tidak
dibahas dalam buku ini) maka statistik t di atas berdistribusi Student dengan
dk = (n1 + n2 – 2). Kriteria pengujian adala :
terima H0 jika – t1 – ½ a
< t < t1 – ½ a, di mana t1 – ½ a didapat
dari daftar distribusi t dengan dk =
(n1 + n2 – 2) dan peluang (1 – ½ a). Untuk harga-harga t
lainnya H0 ditolak.
Contoh: Seorang
guru Matematika ingin membandingkan dua metode mengajar kepada siswanya,
katakan metode A dan metode B. Untuk itu diambil sampel 12 anak menggunakan
metode A dan 15 anak menggunakan metode B. Pada akhir penelitiannya kedua
kelompok tadi dites dan menghasilkan nilai Matematika sbb:
|
Metode A
|
7,3
|
6,8
|
8,3
|
8,2
|
9
|
6,1
|
6,4
|
5,3
|
5,8
|
6,7
|
6,8
|
7,3
|
|
|
|
|
Metode B
|
6,7
|
7,4
|
7,8
|
8,1
|
7,3
|
6,9
|
8,4
|
6,1
|
5,5
|
5,7
|
6,8
|
6,6
|
7,5
|
6,7
|
7,4
|
Dalam taraf
nyata a = 0,05, tentukan apakah kedua macam metode itu sama baiknya atau tidak.
(diasumsi data berdistribusi normal
dengan varians yang sama besar)
Jawab :
1. H0 : m1 = m2 (rata-rata
hasil belajar dengan metode A sama dengan rata-rata hasil belajar dengan metode
B)
2. H1 : m1 ≠m2 (rata-rata hasil belajar dengan metode A tidak
sama dengan rata-rata hasil belajar dengan metode B)
3. a = 0,05
4. daerah
kritis
harga t0,975
dengan dk = 25 dari daftar distribusi Student adalah 2,06. Kriteria pengujian
adalah : terima H0 jika t hitung terletak antara – 2,06 dan 2,06 dan
tolak H0 jika t mempunyai harga-harga lain.
5.
Perhitungan
Dari
data diatas didapat
=7,00,
= 6,99, sA2 =1,18 dan sB2 = 0,69. Simpangan baku gabungan, dari rumus VI(7) didapat s =
0,951. Rumus VI(6) memberikan ;
6. Kesimpulan
Dari
penelitian didapat t = 0,027 dan ini jelas ada dalam daerah penerimaaan. Jadi H0
diterima.
Kesimpulan
: kedua macam metode mengajar menghasilkan nilai rata-rata matematika yang
sama.
Hal C). s1
¹ s2
dan kedua-duanya tidak diketahui
Jika kedua simpangan baku tidak sama tetapi
kedua populasi berdistribusi normal, hingga sekarang belum ada statistik yang
tepat yang dapat digunakan. Pendekatan yang cukup memuaskan adalah dengan
menggunakan statistik t’ sebagai berikut ;
|
VI(8) ……………
Kriteria pengujian adalah terima hipotesis H0 jika
dengan : w1
= s12/n1 ; w2 = s22/n2
t1 = t (1 – ½ a).(n1 – 1) dan
t2 = t (1 – ½ a).(n2 – 1)
t didapat
dari daftar distribusi Student dengan peluang b dan dk = m. untuk
harga-harga t lainnya H0 ditolak.
Contoh : Ingin
diketahui apakah LKS individual menghasilkan hasil belajar siswa yang sama atau
tidak dengan LKS kelompok. Untuk itu diadakan percobaan 20 siswa diberi LKS kelompok
dan 20 siswa diberi LKS individual. Rata-rata dan simpangan bakunya berturut-turut
= 6,8, s1
= 1,1,
= 7,2 dan
s2 = 1,4 (data fiktif). Jika varians kedua populasi tidak sama, dengan taraf
nyata 0,05, bagaimanakah hasilnya?
Jawab
: (langkah 1 dan 2)
Hipotesis H0
dan tandingan H1 adalah
H1
: m1 ¹ m2; kedua macam LKS memberikan rata-rata hasil belajar
yang berlainan.
3. a = 0,05
4. Daerah
kritis
Harga-harga
yang diperlukan adalah :
sehingga
didapat :
Kriteria
pengujian adalah : terima H0 jika – 2,09 < t’ < 2,09 dan tolak
H0 dalam hal lainnya.
5. Perhitungan. 
7.
Kesimpulan
Jelas
bahwa t’ = –1,005 ada dalam daerah penerimaan H0. Jadi kita terima H0
dalam taraf yang nyata 0,05. Kesimpulan kedua LKS memberikan rata-rata hasil
belajar yang sama.
Hal D). Observasi
berpasangan
Untuk observasi
berpasangan, kita ambil mB
= m1
- m2.
Hipotesis nol dan tandingannya adalah :
H1
: mB ¹ 0
Jika B1 = x1 – y1,
B2 = x2 – y2, … , Bn = xn
– yn, maka data B1,B2, … , Bn
menghasilkan rata-rata
dan simpangan baku sB. Untuk
pengujian hipotesis, gunakan statistik :
|
VI(9)
…………..
Dan terima
H0 jika – t1 – ½ a < t < t1
– ½ a
dimana t1 – ½ a didapat dari
daftar distribusi t dengan peluang (1 – ½ a) dan dk = (n –1). Dalam
hal lainnya H0 ditolak.
Contoh : Data berikut adalah mengenai tinggi anak
laki-laki pertama (X) dan tinggi ayah (Y) dinyatakan dalam cm.
|
Tinggi
anak
|
Tinggi
ayah
|
Beda (B)
|
B2
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(4)
|
|
158
|
161
|
-3
|
9
|
|
160
|
159
|
1
|
1
|
|
163
|
162
|
1
|
1
|
|
157
|
163
|
-3
|
9
|
|
154
|
156
|
-2
|
4
|
|
164
|
159
|
5
|
25
|
|
169
|
163
|
6
|
36
|
|
158
|
160
|
-2
|
4
|
|
162
|
158
|
4
|
16
|
|
161
|
160
|
1
|
1
|
|
Jumlah
|
8
|
106
|
|
Dari daftar
distribusi t dengan peluang 0,975 dan dk = 9 didapat t0,975 = 2,26.
ternyata t = 0,762 ada dalam daerah penerimaan H0. Jadi penelitian
menghasilkan uji yang tak berarti.
8.
MENGUJI KESAMAAN DUA RATA-RATA (Dua Sampel) :
UJI SATU PIHAK
Sebagaimana dalam uji dua
pihak, untuk uji satu pihak pun dimisalkan bahwa kedua populasi berdistribusi
normal dengan rata-rata m1 dan m2 dan simpangan
baku s1
dan s2.
Karena umummnya s1
dan s2
tidak diketahui, maka di sini akan ditinjau hal-hal tersebut untuk keadaan s1
= s2
atau s1
¹
s2.
Hal A). Uji pihak kanan
H1 : m1 > m2
Dalam hal s1 = s2 , maka statistik yang digunakan ialah statistik
t seperti dalam Rumus VI(6) dengan s2 seperti dalam Rumus VI(7).
Kriteria pengujian yang berlaku ialah : terima H0 jika t <
t 1 – a dan tolak H0 jika t mempunyai
harga-harga lain. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1
+ n2 – 2) dengan peluang (1 - a). Jika s1 ¹ s2,
maka statistik yang digunakan adalah statistik
t’ seperti dalam Rumus VI(8). Dalam
hal ini, kriteria pengujian adalah: tolak hipotesis H0 jika
dan terima H0 jika terjadi sebaliknya, dengan w1 = s12/n1,
w2 = s22/n2, t1 = t(1
– a).(n1 – 1) dan t2
= t(1 – a).(n2 – 1). Peluang untuk penggunaan daftar distribusi t
ialah (1 – a) sedangkan dk-nya masing-masing (n1–
1) dan (n2 – 1).
Contoh : Diduga bahwa pemuda yang senang berenang rata-rata lebih tinggi
badannya daripada pemuda sebaya yang tidak senang berenang. Untuk meneliti ini
telah diukur 15 pemuda
yang senang berenang dan 20 yang tidak senang berenang. Rata-rata tinggi badan
berturut-turut 167,2 cm dan 160,3 cm. Simpangan bakunya masing-masing 6,7 cm
dan 7,1 cm. Dalam taraf nyata a = 0,05, dapatkah kita mendukung dugaan tersebut?
Jawab :
1. H0 : m1 = m2 (rata-rata
tinggi badan pemuda yang senang berenang kurang dari atau sama dengan rata-rata tinggi badan
pemuda yang tidak senang berenang)
2. H1 : m1 >m2 (rata-rata tinggi badan pemuda yang senang
berenang lebih tinggi dari rata-rata tinggi badan pemuda yang tidak senang berenang)
3. a = 0,05
4. daerah
kritis
Dari daftar distribusi t dengan peluang
0,95 dan dk = 33, didapat t0,95 = 1,70
5. perhitungan
Jika
distribusi tinggi badan untuk kedua kelompok pemuda itu normal dan s1 = s2, maka statistik t dalam rumus VI(6) dapat digunakan.
Kita punya n1 = 15,
, s1 = 6,7
cm, n2 = 20,
dan s2 = 7,1. dari Rumus VI(7) didapat varians
gabungan
Sehingga statistik t mempunyai harga :
6. Kesimpulan.
Dari penelitian
didapat t = 2,913 dan lebih besar dari t = 1,70. Jadi H0 : m1 = m2 ditolak, di mana indeks satu menyatakan pemuda yang senang berenang. Dugaan
di muka diterima rata-rata tinggi badan pemuda yang senang berenang
lebih tinggi dari rata-rata tinggi badan pemuda yang tidak senang berenang).
Jika untuk contoh di muka dimisalkan s1
¹
s2,
maka digunakan statistik t’ dalam Rumus VI(8). Harga-harga yang perlu adalah :
w1 = 44,89/15 =
2,99, w2 = 50,41/20 = 2,52
t1 = t (0,95),14 = 1,76 dan
t2 = t (0,95),19 = 1,73
sehingga diperoleh :
Kriteria pengujian adalah : tolak H0
jika t’ ³ 1,75. karena t’ = 2,94 maka H0 ditolak
dan hasil pengujian seperti di atas dapat disimpulkan.
Untuk observasi berpasangan, pasangan hipotesis
nol H0 dan hipotesis tandingan H1 untuk uji pihak kanan
adalah :
H0 :
mB =
0
H1 :
mB > 0
Statistik yang digunakan masih statistik t
dalam rumus VI(9) dan tolak H0 jika t ³ t1 – a dimana t1 – a didapat dari daftar distribusi Student
dengan dk = (n – 1) dan
peluang (1 – a).
Contoh :
Untuk mempelajari kemampuan
belajar tentang menjumlahkan bilangan, 10 anak laki-laki dan 10 anak perempuan
telah diambil secara acak. Dari pengamatan masa lampau kemampuan belajar anak
laki-laki umumnya labih baik dari pada kemampuan belajar anak perempuan. Hasil
ujian yang dilakukan adalah :
|
Laki – laki
30 21 21 27 20 25 27 22 28 18
|
|
Perempuan
31 22 37 24 30 15 25 42 19 38
|
Apakah yang
dapat di simpulakan dari hasil ujian ini ?
Jawab : Ambil mL =
rata-rata hasil ujian untuk anak laki-laki
mP =
rata-rata hasil ujian untuk anak perempuan.
Akan diuji pasangan hipotesis
H1 : mB > 0
Dari data di atas, setelah dihitung berdasarkan beda
(selisih) tiap pasang data, didapat
dan sB = 11,34. Rumus VI(9) memberikan 
Dengan dk = 9 dan peluang 0,95 dari daftar distribusi
Student didapat t0,95 = 1,83. Karena t = 1,22 lebih kecil dari 1,83
maka H0 diterima. Dalam hal ini masih dapat dikatakan bahwa
rata-rata hasil ujian anak laki-laki lebih baik daripada rata-rata hasil ujian
anak perempuan.
Hal B). Uji pihak kiri
Perumusan hipotesis H0 dan hipotesis
tandingan H1 untuk uji pihak kiri adalah :
H1 :
m1 < m2
Langkah-langkah yang ditempuh dalam hal ini
sejalan dengan yang dilakukan untuk uji pihak kanan.
Jika s1 = s2, kedua-duanya nilainya tak diketahui, maka
digunakan statistik t dalam Rumus VI(6). Kriteria pengujian adalah : tolak H0 t £ –
t1 – a , di mana t1 – a didapat dari daftar distribusi t dengan dk
= (n1 + n2 – 2) dan peluang (1– a). Untuk harga-harga t lainnya, H0
diterima.
|
dan tolak H0 untuk
di mana w1, w2, t1
dan t2 semuanya seperti telah diuraikan di muka. Jika t’ lebih besar
dari harga tersebut, maka H0 diterima.
Untuk observasi berpasangan, hipotesis H0
dan tandingan yang diuji adalah
H1 :
m
< 0
Statistik yang digunakan ialah statistik t dalam
Rumus VI(9) dan tolak H0 jika t
£ – t(1 – a),(n – 1) dan
terima H0 untuk t > – t(1 –
a),(n – 1).
Dalam bagian ini contohnya tidak diberikan karena
cara penyelesaiannya sejalan benar dengan untuk uji pihak kanan. Bedanya hanya
terletak pada letak daerah kritisnya saja.
9. MENGUJI KESAMAAN DUA VARIANS (UJI HOMOGENITAS)
Dalam
pegujian hipotetsis dua rata-rata dietakaknkan adanya asumsi bahwa kedua
populasi mempunyai varians yang sama, oleh karena itu perlu menguji mengenai
kesamaaan dua varaians. Populasi populasi dengan varians yang sama besar
dianmakan populasi dengan varians yang homogen.
Misalkan kita mempunyai dua populasai normal dengan varians s12 = s22. Akan diuji
hipotesis H0 : s12 = s22 lawan H1:
s12 ¹ s22. jika sampel kesatu berukuran n1
dengan varians s12 dan sampel dari populasi kedua
berukuran n2 dengan varians s22 maka unutk
menguji hipotesis diatas digunakan statisistik
F=
kriteria pengujian teroma H0
jika F(1 – 1/2a)(n1 – 1) ,( n2-1)<F< 1/2a,(n1 – 1), ( n2-1)
Contoh. Misalkan akan diuji apakah dua populasi mempunyai varians yang homogen,
untuk diambil sampel acak berukuran 10 dari poluasi pertama dan diperoleh s12=
24,7 dan dari poluasi kedua diambil
sampel acak berukuran 13 dan diperoleh s22= 37,2.
Dengan a = 0,10 tentukan apakah kedua populasi mempunyai
varians yang homogen.
Jawab.
- H0 : s12 = s22
- H1: s12 ¹ s22
- a = 0,10
- Daerah kritis
Dari daftar distribusi F
didapat F0,05 (9 , 12) = 2,80. Untuk mencari F0,95 (9 , 12)
dengan cara F0,95 (9 , 12) =
= 0,328
Kriteria penhujian terima H0
jika 0,28 < F < 2,80 dan tolak H0 dalam hal lainnya.
- Perhitungan
F=
=
= 0,664
- Kesimpulkan
Fhitung = 0,664
jatuh dalam daerah penerimaan H0, jadi H0 diterima
kesimpulan kedua populasi mempunyai varians yang homogen.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar